Rabu, 28 Januari 2009

Keputusan

Keraguan dan keinginan datang silih berganti.
Terasa begitu mendesak, kadang-kadang.
Dan selalu keraguan datang mengiringi.
Rasa bersalah yang menggayuti.
Disamping kesadaran tak mungkin menyatu
Menunggu...
Sambil berharap pemakluman dari siapa saja yang mungkin dikecewakan.
Mungkin untuk mengurangi rasa bersalah ini.

Anak-anakku

Melihat album foto anak-anakku yang dibuat 2 tahun yang lalu. Dua tahun tak terasa tapi telah merubah wajah bulat kekanakan mereka menjadi lebih dewasa.
Anak perempuanku telah menjelma jadi gadis remaja yang hampir sebesar ibunya dalam dua tahun ini.
Wajah bulat anak lelakiku telah menjadi lebih panjang sehingga pipi montoknya menjadi agak tirus sekarang.
Dua tahun...
Hampir tak terasa, bilangan hari dilalui.
Sedih.. belum bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.
Belum memberikan yang ideal untuk keduanya.
Terbayang gurat kecewa penuh harap dari gadis kecilku yang berharap memiliki keluarga yang utuh.
Mencoba untuk mengacuhkannya dan bersikap baik-baik saja nak.. agar ia melupakan itu dalam agendanya.
Meskipun tahu bahwa harap itu masih ada, kelihatannya ia telah mulai menyadari ketidaksempurnaan dalam keluarganya.
Waktu yang telah dilalui, mudah-mudahan menghapus goresan luka mereka.
Sambil berharap akan pengertian dan maaf dari kalian... buah hatiku.

Selasa, 27 Januari 2009

Rumah Khayalan

Berharap suatu saat, tinggal di sebuah rumah kecil dan asri.
Dengan halaman luas dihampari tanaman hijau.
Dengan pohon kelapa dan apa saja yang tumbuh di halaman.
Tidak perlu terlalu besar, asal nyaman dan hangat dengan keteduhan.
Ada cinta dan canda melewati hari.
Tak perlu berpikir rumit untuk menjalani hari-hari, karena yang dibutuhkan toh hanya sepiring nasi dan tidur lelap.
Ada teman untuk berbagi tawa, diskusi dan ngobrol
Sahabat berdebat, .... tertawa, memasak bersama.
Dan ketika sore tiba, ada teman di beranda sambil menikmati secangkir teh hangat.
Kelihatannya menyenangkan...

Senin, 26 Januari 2009

Kepingan imlek

Kata orang dan menurut tradisi, hari ini bertepatan dengan imlek.
Bagiku, tak ada yang istimewa dibanding hari-hari biasanya. Hanya ritual khas dan aneka masakan yang membuat suasana menjadi beda.
Persiapan hampir membuat rumah pecah. Teriakan dan kegugupan menyiapkan sesaji menjelang tengah hari makin menyesakkan.
Inikah arti imlek? ..
Imlek dalam arti sempit ketika saat mengenang orang yg dicinta yang telah berpulang menjadi hampa karena dikalahkan oleh standar ini itu,
Sayang sekali...

Hanya mencoba memahami, pemahaman dengan segala keterbatasan.
Mengambil peran sejenak membantu, sambil mengenang orang-orang tercinta.
Ayah.., adik..., nenek...
Rindu pd kalian semua.

Sabtu, 24 Januari 2009

KEPINGAN IWIM

Karena kemurahanNYA, saya menerima hadiah yang selama ini sangat didambakan : sejenak istirahat dari rutinitas.
Program IWIM, yang seperti tiba-tiba hinggap di pangguan adalah pengalaman yang sangat menyenangkan. Banyak pengalaman dan hal baru didapatkan, seperti mendapat sekotak tools yang menambah koleksi, hingga memperkaya khasanah pengetahuan dan keahlian dalam menghadapi, mengelola dan menyelesaikan setiap kemungkinan yang ditemui ketika menempuh perjalanan hidup.

Memperkaya wawasan yang telah dimiliki, mengenal pengetahuan baru, hingga menjenguk dunia yang asing, semakin membuka mata akan betapa luasnya ilmu sekaligus memunculkan keinginan untuk banyak belajar dan belajar lagi.

Mengenal dan bersosialisasi dengan bermacam pribadi dengan karakter masing-masing menimbulkan kesadaran untuk memperlakukan setiap orang secara khusus. Karena tiap pribadi memiliki kekhasan tersendiri.

Beberapa saat tinggal di sekitar ibukota, pengalaman desa Jejeg, menimbulkan kerinduan pada rumah dan desa tempat saya tinggal. Hal-hal yang terasa biasa selama menetap di jepon, Blora, tiba-tiba menjadi terasa istimewa dan jadi dirindukan ketika melihatnya muncul di Jejeg. Pada hijaunya sawah, pada riuh dan beceknya pasar tradisional, pada kesederhanaan orang yang tinggal di desa…
Itu semua dijumpai setiap saat di Blora…. hampir terasa membosankan….namun sekarang terasa begitu berharga….

Dua bulan yang dilalui, terasa terlahir kembali …

Semangat yang kembali memancarkan cahaya… Kerinduan untuk membagi pengetahuan…. Ketulusan untuk memotivasi…. Semoga memberi manfaat.

HUJAN SORE ITU

Aroma tanah yang tersiram hujan itu mendidih, menguap
Mengusir panas yang bersarang di pori pori bumi
Memenuhi rongga rongga yang hampir mengkerut keriput

Rumput bunga meloncat tertawa ria
Diiring senyum angin mendekap daun daun
Dan pucuk bersorak berlari memeluk rintik

Kuhirup wanginya, lembutnya, hangatnya
Serasa dipeluk sang cinta
Menutup lubang lubang hampa
Mendinginkan panas mendidih
Damai menyelimut jiwa

Tersenyum
Memandang setitik hujan bergayut manja, bergantung diujung asa.
Diujung lengkungan daun,
Yang enggan melepas genggamannya
Ingin sepertinya
Bergantung ... pada seseorang

Menyapa Embun

Embun berkristal di piring daun
Gemerlap, secerlang binary tatapan
Kemilau menghias senyuman
Solitaire. . .
Bening dalam hening

Semalaman kau berdansa di lantai hijau
Tak sabar merindu menunggu surya
TAk gentar walau sadar
Teriknya menguapkan hidrogenmu

Siklus pun beredar
Tak ragu walau tahu
Hidupmu dibelenggu rentang waktu
Saat esok kucari
Kau sudah menunggu….
Dipiringmu

Pagi

Tiap pagi menimbulkan gairah baru , bercampur semangat bila esok kelihatan mudah jalan yang harus dilalui.
Tak jarang diiring gemetar melihat momok menerkam di kejauhan.

Mata silau menatap cahaya di tirai jendela, suara cecit burung mengetuk membangunkan, riuh ceria, secerewet wanita bergossip di balik pintu.
Kadang juga merindu, dibangunkan saat gelap bertahta dan matahari masih jauh diperaduan.
Menikmati hening dan sepi, tenang menyelimut jiwa.
Fajar mengiringi langkah menuju rumahNya dan pulang dengan semangat baru bak prajurit mendapat bekal untuk berlaga.

Pagi memberi harapan baru, menghirup udara memeluk kesejukannya, menikmati klorofil dan kuncup bunga, menyapa satu satu tiap kelopaknya.
Pagi menandakan hari baru, tantangan baru, terang baru, mendekati gelap yang samar samar.
Ketika mata menutup menjelang terlena, pagi yang mengiming agar segera terlelap.
Segeralah tidur, karena sekejap menutup mata, esok terbuka dengan almanak yang telah bertambah angkanya.

Mengejar pagi yang memberi harapan.
Merajut benang benang yang terbentang, memberi semangat melalui pagi menjelang hari.
Begitu terus beredar, terasa begitu cepatnya. . . .

Kepingan Motivasi

Disuatu tempat...
Pada sebatang pohon jati yang diujungnya terpasang kayu kalimantan.
Para rayap mencium kelezatan kayu yang berjarak puluhan meter diatas permukaan tanah,
Yang tingginya bagai langit tak tersentuh bagi para rayap.
Tapi mereka tak putus asa...
Bukan terlalu mudah untuk mencapainya,
karena tidak sekedar merayap pada batang pohon itu.
Bersama teman-teman, membuat terowongan bak mujahid menembus jalur Gaza
Mereka punya cita-cita, harapan dan usaha tak kunjung patah
Merayap.. mengendap... menuju harapan
Jarak yang ditempuh ribuan mil dibanding ukuran tubuhnya
Pantang menyerah.., gagal dan jatuh
Tetap merayap menuju harapan

Harapan...
Kadang jauhnya bagai seekor rayap berharap
Mereka tak pernah menunggu dibawah mengharap kayu jatuh menghampirinya
Sang rayap mengejarnya..
Berjuang meraihnya.
Tanpa putus asa