Selasa, 24 Februari 2009

Kelas Motivasi Lanjutan

Setelah mendapat kepercayaan untuk mendampingi dan memberi semangat pada siswa-siswa kelas XII SMAK St Louis Cepu, membawa ‘side effect’ yang mengharukan : diminta kembali memberi kelas motivasi untuk murid kelas IX SMPK St Louis Cepu.
Tentunya akan menjadi pengalaman yang seru dan menyenangkan disamping rasa penasaran, kira-kira seperti apa situasi yang akan terjadi dan bagaimana cara yang efektif menghadapi siswa kelas IX yang berada dalam masa transisi antara anak-anak menuju remaja.

Hari jumat kemarin adalah pengalaman yang ditunggu itu. Sambutan yang hangat dari guru dan kepala sekolah menjadi amunisi tambahan, selain bertemu dengan wajah-wajah lugu anak-anak seumur mereka yang memberi harapan bahwa tentu tidak akan sulit mengajar di kelas ini dibanding ketika mengajar di SMA kemarin.
Bersama-sama kami berjalan menuju ruang perpustakaan yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai ruang kelas motivasi pada pertemuan setiap hari jumat. Terasa riuh dan penuh karena yang hadir berjumlah 33 anak komplit, sesuai dengan jumlah seluruh siswa kelas IX di sekolah ini. Dengan tidak ada murid yang membolos! ( beda dengan ketika mengajar di SMA yang sulit mengumpulkan seluruh murid dalam jumlah lengkap)

Diluar dugaan, ternyata menghadapi anak-anak seumuran mereka tidak semudah yang dibayangkan. Sulit sekali mengendalikan kelas karena mereka semua senaaang… berbicara sendiri-sendiri. Ketika ditunjuk atau diminta berbicara, tidak ada kata yang terucap, tetapi ketika aku berpaling ke bagian lain mereka langsung mengeluarkan suara dan ngobrol seru dengan sebelahnya. Seperti lebah madu yang aktif mendengung berproduksi… Alamaak…..!!! Benar-benar pusing dan membingungkan, sampai suara hampir serak karena harus berbicara keras agar tak tertelan gemuruh mereka

Benar-benar diluar dugaan, situasi yang dihadapi tidak seperti yang terbayangkan. Pengalaman pertama dulu, mengajar 16 anak yang pasif bertolak belakang dengan kali ini, mengajar 33 anak aktif dan senang berbicara sendiri.. hehe…
Ketika sempat disinggung tentang karakter positif dan penghargaan pada orang lain, baru mereka sedikit mengurangi frekuensi keriuhan meskipun tak berhasil lama sebelum akhirnya.. rame lagi sendiri… pusiingg deh .. hahaha…

Bagaimanapun, pengalaman ini tetap berkesan sambil membawa pesan : harus kupikirkan metode yang efektif untuk mengendalikan mereka pada pertemuan pekan depan. Secara keseluruhan kelas berlangsung cepat dan dalam suasana santai karena kami juga tidak duduk secara formal di kursi melainkan duduk bersila dilantai. Ruang kelas juga membantu karena terletak di bagian belakang sekolah hingga tidak mengganggu kelas formal yang lain. Beberapa anak mulai kukenali dan meninggalkan kesan. Ada yang dewasa dan pengertian, ada yang diam dan pemalu, selain juga ada yang menatap dengan tatapan cerdas dan rasa ingin tahu besar.

Pertemuan ini berakhir tepat setelah 2 jam pelajaran dan kesempatan bertemu kepala sekolah dan wali kelas mereka sambil bercerita tentang suasana murid secara keseluruhan. Perjalanan pulang terasa ringan dengan membawa honor pertamaku selama mengajar : sekotak kecil kue dan segelas air mineral yang dengan bangga kubagikan dengan anak-anak di rumah… :)

Minggu siang

Minggu siang yang terik menjelang sore
Mengingatkan pada matahari yang memanggang
dataran pulau dewata.
Pada pohon kelapa yang daunnya melambai-lambai,
memanggil awan dan angin berkunjung mendinginkan udara.
Pada jam 3 sore WITa yang lengang sepanjang jalan kampung menuju nusa dua,
Pada debur ombak membisik di kejauhan, berteriak agar mentari segera tenggelam
dan senja yang sendu segera menggantikan.

Senja yang syahdu …
Terbayang bola keemasan yang perlahan lahan menenggelamkan dirinya di balik air.
Takjub memandang,
ketika alam perlahan merubah wajah dirinya
Sambil menikmati desir angin membelai helai-helai rambut
Di bangku kayu berlantai pasir
Di bibir pantai Jimbaran.

Malam yang rindu..
Berjalan dituntun kerlip bintang
Menyusur jalan setapak remang remang
Diiring sendau gurau dan tawa riang
Pulang menuju peraduan

Pagi yang cerah…
Senyum di bibir merah..

Bersamamu.

Sabtu, 21 Februari 2009

Rayu mu

Terkadang rindu rayu mu
Yang mengayun dalam buaian sukma
Meredam gejolak resah
Bak candu meremas hati, menjalar ke ubun-ubun.

Terkadang canggung dengan rayu mu
Datangnya ketika dahaga telah terpuaskan
Seperti nyanyian berbeda nada
Realistis versus romantis!

Terkadang butuh dengan rayu mu
Merengek.. menunggu
Tak kunjung bertamu
Seharap Nietche melantunkan mawar biru?

Terkadang.. menunggu saat yang tepat
Tak bisa diduga
Saat rayu hinggap, telah ada yang berharap.

Senin, 16 Februari 2009

Kelas Motivasi Ketiga

Hari ini, bertepatan dengan hari yang oleh sebagian orang disebut hari kasih sayang, pertemuan ke 3 kelas motivasi kupersiapkan dengan persiapan lebih. Sengaja ingin memanfaatkan momentum suasana hari ini, untuk menyentuh dan menggugah perasaan para siswa agar memunculkan niat untuk merubah diri dan menumbuhkan semangat mereka untuk mengejar apapun yang mereka impikan.

Persiapan terasa lebih ringan dibanding pertemuan sebelumnya walaupun kali ini membawa peralatan extra : notebook, speaker dan sekotak wafer coklat. Kelas kuawali dengan sapaan nyaring penuh semangat “Selamat pagi..” , dan untuk mencairkan suasana agar lebih dinamis kuminta mereka berdiri berbaris sesuai anggota kelompoknya, lalu diminta untuk menggambar sebuah bangunan bersama-sama secara bergiliran, tetapi tiap orang hanya boleh menggoreskan satu coretan saja, demikian berulang hingga waktu yang ditentukan berakhir. Permainan cukup membuat suasana menjadi cair, sambil mulai memberi materi tentang pengembangan karakter.

Suasana kelas berlangsung cukup baik, bisa dikendalikan dan berlangsung dinamis, hingga waktu terasa begitu cepat. Keakraban mulai tercipta diantara kami hingga mereka mulai focus pada penjelasanku dan tidak sibuk ngobrol sendiri dengan teman sebelahnya. Permainan berseling dengan materi tentang karakter dan motivasi dariku, serta harapan-harapanku pada mereka demi perkembangan semua siswa mengisi 2 jam pelajaran ini secara dinamis diiringi sambutan aktif dari mereka.

Tidak dipungkiri, masih ada beberapa anak yang pasif dan diam, tapi masing-masing kurasakan menunjukkan perkembangan kearah yang lebih baik, dimaklumi bahwa tingkat pencapaian mereka berbeda tergantung pribadi masing-masing. Hasil yang merupakan pencapaian terbaik mereka bagiku adalah pada mereka yang melaksanakan niatnya untuk tidak membolos lagi selama seminggu kemarin, juga niat-niat mereka secara pribadi untuk mengurangi hal-hal negative dalam dirinya.

Yang menarik, ketika memikirkan cara bagaimana merubah sikap mereka yang menyepelekan pelajaran dan karakter buruk lainnya tanpa nada menggurui, terlintas untuk mengemasnya dalam permainan dimana tiap kelompok membuat naskah yang temanya adalah karakter buruk mereka dan kemudian divisualisasikan dalam bentuk drama. Sangat menarik, karena selain mengetahui sikap-sikap badung dan kebiasaan yang sering mereka lakukan, ada saat mereka melihat suatu sikap yang biasanya mereka lakukan itu, dari sudut pandang yang lain. Mereka tertawa ketika kejadian itu mereka lihat kembali, sekaligus sejenak terpana ketika diberi kesadaran bahwa sikap tersebut tidak semestinya dilakukan.

Setengah jam sebelum kelas berakhir, dengan iringan suara lembut instrumental lagu From This Moment, mereka menuliskan apa yang mereka rasakan dan apa perubahan yang mereka alami setelah beberapa kali mengikuti kelas motivasi ini. Di akhir acara, masih dengan suasana yang sengaja dicipta menyentuh dengan kata-kata menggugah semangat dan harapan-harapanku pada mereka, tiap anak mengatakan niat mereka untuk melakukan perubahan dalam diri masing-masing sambil kujabat tangan mereka satu persatu.
Suasana cukup mencekam dan mengharukan, hampir aku tak tahan dan mengalihkan tatapanku dari pandangan mereka yang berkaca-kaca, karena tak terasa mataku juga telah terasa buram.. ( Hehe… nggak lucu kalau gurunya juga ikutan nangis kan…)

Mereka semua anak-anak yang mengesankan, …. dengan talenta masing-masing yang mengagumkan karena ternyata banyak yang memiliki bakat seni seperti menggambar, menyanyi dan memainkan beberapa alat musik. Mudah-mudahan apa yang mereka alami selama beberapa kali pertemuan di kelas ini membekas dan membawa perubahan yang membawa mreka pada hal-hal baik di masa depan. Sukses untuk kalian semua, siswa kelas XII SMAK St Louis Cepu,.. Kejarlah apa yang kalian cita-citakan! Tanpa menyerah.. Tanpa putus asa!








Kamis, 12 Februari 2009

KECEMASAN

Saat kau berada dalam payung hitam
Semua ketakutan mencekam.
Gelisahmu muncul akan hal-hal yang terpikirkan dalam benak.
Akan hari esok,
Akan masa depan.
Kecemasan… kegelisahan …
Rencana yang meleset dari sasaran
Harapan yang bergeser dari kenyataan
Bahkan mungkin akan apa yang akan kamu lakukan saat mata terbuka esok pagi.

Jika kau biarkan tali-talinya kencang mengikat kaki tanganmu
Mengaburkan akal sehat dan menguburkan semangatmu
Jari jarinya akan semakin mencekik dirimu
Dan kau akan semakin dalam terpuruk, terbelenggu.

Sewaktu ia datang
Jangan kau biarkan dirimu kalah dan menyerah
Buang dan tendang gelisahmu
Bergegas bangkit dari ratapan dan nikmatnya tergolek dalam keluh kesahmu
Singkirkan jauh-jauh cemas dari jalan di hadapan
Abaikan,
Walau mereka merayu menggoda.

Setelah melompat keluar dari kungkungan payung gelap itu
Lihatlah indah dunia dan cerahnya matahari.
Niscaya akal sehatmu akan menghirup oksigen yang membuatnya mampu berpikir jernih
Dan jangan terkejut jika engkau akan menyesali kebodohanmu
Membiarkan dirimu terperangkap dalam jerat palsu.

Obrolan Kecil

Semalam berbincang dengan anak perempuanku.
Bukan tentang hal-hal yang menghebohkan, hanya obrolan ringan yang berawal saat aku mananyakan suasana kelas, system pembelajaran di sekolahnya, atau sekedar bergosip tentang siapa murid paling pintar di kelasnya.

Ngobrol berdua...
Hal yang ternyata terlewatkan setelah 10 tahun 5 bulan dan 20 hari aku menjadi ibunya.
Ia lebih sering tidur di kamar neneknya hingga hubungan kami tidak terlalu akrab. Selain itu ada sikap mandiri dan cuek yang tertanam sejak kecil hingga ia tidak selalu tergantung padaku lagi. Mungkin jika aku pergi berbulan-bulan, ia tidak akan terlalu kehilangan diriku. ( Bukan juga berarti aku tidak pernah memperhatikannya, menyiapkannya sebelum berangkat ke sekolah, menyiapkan peralatan les hingga menjemputnya tiap hari sepulang les selalu kuusahakan kukerjakan sendiri selama tidak ada kesibukanku yang lain ).

Agak mengherankan malam kemarin ia berlama- lama berada di kamarku sebelum biasanya langsung pergi ke kamar neneknya untuk berangkat tidur. Di atas ranjang ia bercerita tentang gurunya yang keras dan disiplin, kritikan pada guru dan teman2nya, cerita tentang teman yang agak menjengkelkan menurutnya, sambil terselip pertanyaan2ku mengenai prestasinya di sekolah. Ada suasana akrab dan kedekatan dari obrolan ringan itu. Tidak semua yang diceritakan bisa kuikuti, tapi aku berusaha mendengarkannya sambil tiba-tiba terselip perasaan bersalah karena telah melewatkan kesempatan-kesempatan seperti ini di waktu-waktu yang lalu. . .
Mudah-mudahan,
akan ada saat lain yang lebih banyak kami lewatkan bersama, sambil berbincang …
Sebagai sahabat dekat.

Senin, 09 Februari 2009

Kelas Motivasi Kedua

Kembali insomnia ini datang tiap jumat malam menjelang sabtu dini hari. Dan kembali alarm yang terpasang masih terlelap ketika kau terbangun. Tapi perasaan lebih ringan kali ini. Anak-anak kutinggalkan tanpa rasa was-was dan perjalanan pagi ini sangat lancar didukung pagi yang lembut mengiringi perjalanan menembus kerimbunan hutan jati. Persiapan juga lebih mudah karena telah tahu situasi kelas yang akan dihadapi.

Menyapa mereka, 23 siswa yang kudampingi dan jumlah siswa yang hampir komplit mengenapi seluruh siswa kelas XII, meskipun masih 2 lagi yang belum penah kutemui hingga 2 pertemuan ini.
Kelas kuawali dengan menanyakan kabar dan perubahan apa yang mereka rasakan setelah mengikuti kelas motivasi minggu lalu.
Seperti minggu lalu, masih banyak keengganan untuk menjawab dan berinteraksi, meskipun pada anak tertentu keakraban mulai muncul. Pendapat singkat dilontarkan, meskipun harus dipancing dengan beberapa pertanyaan agar mau berbicara. Sempat terkejut, ketika beberapa anak terdiam dan bahkan mengatakan : tidak merasakan apa-apa!.. dalam hati berkata, ya ampun.. berarti cuma aku yang termotivasi oleh diriku sendiri pada kelas minggu lalu .. hehe ..

Tiba pada giliran seorang siswa ketika ditanya apa yang kamu rasakan setelah mengikuti kelas minggu lalu, Ia menjawab : “ sejak kemarin sampai sekarang, tiap hari saya masuk sekolah. Dengan heran bertanya, apa yang aneh dengan masuk sekolah tiap hari?... Ternyata, dalam seminggu ia bisa 2 atau 3 kali membolos. ( yg ini mah kebangetan.. maleeees bangeett… ). Keharuan menyeruak, paling tidak ada yang merasakan dampak positif dari pelajaran minggu lalu, Perubahan itu meskipun belum nyata, tapi ada!

Setelah diamati, ternyata tingkat motivasi dan semangat belajar mereka terutama di kelas IPS memang memprihatinkan. Para siswa kelas IPA yang sejumlah 7 anak lebih menonjol dalam beberapa hal.. Mereka lebih kompak, bersemangat dan cekatan.
Sementara di kelas IPS, membolos, tidur di kelas, mengacuhkan guru dan main HP ketika pelajaran rupanya sudah menjadi kebiasaan dan tradisi.
Dan seperti perkiraan minggu lalu, ternyata mendampingi 23 anak jauuhhh lebih suliit dibandingkan 16 anak. Lebih sering mereka berbicara atau bercanda sendiri ketika teman yang lain berbicara. Sementara aku berjalan kesisi yang kiri, mereka yang duduk di sisi kanan asyik dengan percakapan dan gurau mereka sendiri.
Lebih memprihatinkan lagi ketika dalam kerja kelompok seorang anak lebih memilih diam tak beranjak dari posisinya ataupun sekedar ingin tahu dan perduli dengan apa yang dilakukan teman-teman yang ada disebelahnya. Sayang sekali…

Kali ini mereka mengidentifikasi diri mereka dengan membuat ‘potret diri’ yang berisi tentang apa kelebihan/potensi, kekurangan/ hambatan, apa tujuan mereka dan apa yang harus dilakukan/ komitmen untuk mencapai tujuan. Selanjutnya mereka diajak untuk membuat menara sedotan untuk mengasah kekompakan dan kerjasama sekaligus mengasah kemampuan mereka berbicara di depan umum ketika harus mempresentasikan hasil karyanya. Mengharukan, ketika seorang anak yang sejak awal terlihat pasif dan biang bolos, dalam kerja tim menunjukkan ketrampilan dan kecekatannya.
Ketika hal itu kuungkapkan, bahwa kamu sebetulnya kreatif dan cekatan, sekilas kulihat perubahan di wajahnya. Bahkan ketika kutantang untuk membuat komitmen tidak membolos lagi sampai ujian akhir, dia menyatakan bersedia dan seketika keharuan menyergap diriku.
Dalam pertemuan kali ini terbentuk kelompok belajar yang bertujuan memotivasi mereka untuk saling membantu dalam kerjasama positif menghadapi Unas.
Mereka menyadari bahwa musuh utama mereka adalah rasa malas yang membawa rentetan sikap-sikap lain seperti mengacuhkan pelajaran dan lebih memilih untuk sibuk dengan dunia mereka dan gurauan dibandingkan mendengarkan penjelasan guru.
Hal itu memberikan ide tentang apa yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.Ya.. mereka perlu pemahaman tentang karakter positif yang harus dikembangkan serta meningkatkan sikap peduli hingga mereka lebih bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri.

Secara keseluruhan, kelas berlangsung cepat karena persiapan juga lebih matang, tapi terasa lebih sulit untuk mengendalikan dan menggerakkan motivasi mereka. Mungkin karena jumlah siswa lebih banyak serta siswa lebih beragam kemampuannya. Sementara itu…salut bagi anak-anak IPA untuk ketekunan mereka.



Rabu, 04 Februari 2009

PASAR

Pasar kota Blora, tepatnya satu sudut di belakang bangunan itu telah menjadi tempat istimewa bagiku. Bukan hanya karena sahabatku tinggal disitu dan membuka lapak yang menjual aneka peralatan dapur dan pisau persis di belakang pintu pasar, hingga tiap orang yang lalu lalang akan keluar masuk dari pintu pasar bagian belakang, akan melewati tempat dagangannya. Juga karena aktifitas yang kulakukan disana ternyata telah menemaniku melewati hari-hari.

Saat resah akan masalah, jenuh, menghindar atau sekedar mencari makanan pengisi perut semua bisa diatasi dengan meninggalkan rumah dan lari ke… pasar. Ketika galau, ternyata hanya sekedar duduk dan mengamati orang lalu lalang berbelanja dan pedagang yang menawarkan dagangannya, telah membuat aku melupakan kegelisahanku. Mendengar percakapan antar pedagang yang menjual dan pembeli yang menawar, Penjual kacang panjang yang ketika siang mulai gelisah, dan dengan kacang panjangnya yang lemas seperti habis mengikuti perlombaan maraton itu digendong kian kemari dan ditawar-tawarkan dengan harga murah. Atau bapak tua penjual ikan yang juga berkeliling turun dari tahta kiosnya, yang selalu memaksaku membeli dagangannya karena sang ikan ternyata juga telah ikut lari marathon juga.

Penjual kacang goreng yang duduk berjajar, menjual dagangannya diatas ‘tampah’ yang diletakkan di atas keranjang anyaman bambu yang disebut ‘dunak’ selalu menimbulkan gairah karena aku adalah penggemar kacang yang digoreng dengan kulitnya sekaligus dan tanpa menggunakan minyak goreng itu. Ya kacang itu digoreng dengan menggunakan pasir, cara tradisional sekaligus ide cemerlang nenek moyang kita.
Lalu tiga orang penjual jajan pasar seperti : getuk, gemblong dan tiwul, yang duduk di dingklik pendek di sepanjang tangga pintu pasar itu lebih menyerupai induk ayam yang mengerami telur-telurnya, dengan obrolan-obrolan ringan khas perempuan, sementara tangan-tangan mereka tak pernah lelah bergerak dengan gerakan memotong, memarut atau membungkus.

Bermacam jenis orang kutemui ketika duduk menghadap pintu pasar ini. Yang besaar dengan ukuran extra, yang kecil, kurus hingga paling cantik. Yang berdandan aneh, waria, pengemis, pengamen hingga copet!. Diam-diam terbentuk hubungan kekerabatan yang dekat diantara para pedagang disana dan betapa mereka adalah perempuan-perempuan tangguh yang mempertahankan roda rumah tangganya dengan meninggalkan rumah sejak dini hari dan mengadu keberuntungan dengan berdagang di tempat yang bernama : Pasar.

Hal lain yang menyenangkan adalah segala jenis makanan dan jajanan ada, dengan harga yang sangat murah. Hanya berbekal lembaran ribuan, perut akan kenyang sedang lembaran-lembaran itu terasa tak ada habisnya. Sepiring nasi sayur bayam dan sambal cukup seribu rupiah, es teh lima ratus, aneka jajanan limaratus dan bubur sunsum cukup lima ratus rupiah saja. Perut kenyang dengan aneka menu !

Saat hati ini gelisah atau bosan di rumah, datang ke pasar, duduk menghadap pintunya, mengisi perut, lalu berjalan masuk kepasar, berkeliling di antara penjual aneka hasil bumi khas seperti waluh, pare, gembili atau berjalan ke los penjual ikan laut sekedar melihat-lihat. Tak heran para penjual itu mungkin jengkel karena aku hanya akan berjalan melihat-lihat dagangannya sementara mereka berusaha sepenuh hati menarik minatku untuk membeli. Atau mungkin menganggap aku pembeli pelit karena selalu menawar di bawah harga tanpa pernah membeli dagangan mereka, karena memang tujuanku kesana bukan berbelanja melainkan menjalankan terapi penghilang stress.. hahaha… Dan ajaib setelah kenyang dan bosan, aku akan pulang ke rumah, …dengan perasaan ringan!

Hiruk pikuk pasar, aneka jajan pasar, hasil bumi, hasil laut ternyata tersimpan rapi di ingatan dan kelak menjadi suatu yang dirindukan ketika 2 bulan aku meninggalkan Blora dan tinggal di Jakarta. Ada kesadaran muncul bahwa pasar tradisional memiliki tempat khusus di hatiku dan ternyata keberadaannya telah mengalahkan pesona supermarket yang sejuk dan berlantai ubin sekalipun.
Ingin menikmati pesona pasar??... Cobalah, dan temukan bahwa dimanapun bahkan di tempat yang paling becek dan kotor sekalipun akan selalu ada hal-hal menarik bila dicermati dan akan menjadi teman melewatkan hari-hari.

Selasa, 03 Februari 2009

Feel better

Merasa lebih baik hari ini.
Mungkin karena apa-apa yang perlu dikerjakan dan menjadi kegelisahan mulai dibereskan.
Rencana kerja, tagihan, kas cukup.. meskipun dengan segala upaya.
Menemui seseorang, hari ini...
Sempat memunculkan perasaan tak karuan, bersalah, gelisah, tak bisa didevinisikan.
Setelah diakui dan disadari.. pelan-pelan memudar.
Semua proses harus dijalankan.
Hanya rasa-rasa bersalah yang harus ditepiskan.
Mudah-mudahan ini adalah jalan.

Kelas Motivasi Pertama

Sabtu, 31 januari ’09 adalah kelas motivasi pertamaku. Kepercayaan besar diberikan oleh pihak SMU St Louis Cepu dengan menyerahkan siswa kelas III untuk menjadi kelinci percobaanku. ( tanpa kemampuan memadai dan materi yg coba-coba, bukankah namanya kelas percoban?, Hehe… )
Gemericik hujan sejak semalam belum juga berhenti hingga pukul 6 pagi ini. Dengan perasaan was-was takut bangun kesiangan sebelum tidur menjelang dini hari semalam, alarm kupasang pada angka 05.30. Rupanya perasaan campur aduk sehubungan dengan kelas pertama ini tersimpan di bawah sadar hingga tidurpun tak juga nyenyak dan alarm akhirnya tidak diperlukan karena aku telah bangun mendahului bunyinya.
Perasaan kuatir karena meninggalkan anak-anakku sebelum mereka berangkat sekolah juga apakah mereka nanti akan menyantap sarapannya, datang silih berganti menghantui. Akhirnya ditengah rintik hujan, berkendara menuju cepu dan tiba tepat 10 menit sebelum bel tanda masuk sekolah berbunyi.

Dengan membawa tas ransel dan kertas gulungan besar untuk materi nanti, sambil berpayung dibawah tirai hujan, mudah-mudahan tidak seperti tentara romantis membawa jatah ransumnya. Bapak kepala sekolah menyambut dan mempersilahkan masuk kedalam kelas dengan kata-kata mohon pemakluman : “karena hujan, biasanya murid-murid datang agak terlambat”, penuh senyum kujawab “ tidak apa pak, nanti bisa kita tunggu”.

Memasuki ruang kelas, beberapa anak sudah hadir, dan sambil menunggu kami mengatur susunan meja kursi dan menyiapkan peralatan serta materi dari dalam tas yang kubawa. Kesadaran muncul ketika hampir tidak ada lagi yang dikerjakan, sementara kelas terasa begitu longgar karena hanya diisi….. 13 siswa dan diriku!

Seluruh murid di SMU ini ada 80 orang dan murid kelas XII berjumlah 7 anak di kelas IPA dan 18 anak untuk kelas IPS. Dari 25 siswa kelas XII itu, saat ini hanya 13 anak yang ada dihadapanku . Seperti tersadar bahwa hanya inilah yang ditakdirkan menjadi bahan percobaanku hari ini, segera kukuasai keadaan dan mulai menyapa mereka ramah.
Terdengar suara menghibur di hatiku, bukankah ini makin menyatakan kebenaran bahwa sekolah ini perlu pemotivasian karena memang kondisinya sedang menurun, dan paling tidak mengajar 13 anak akan lebih mudah daripada 25 anak. Masih sempat kulihat sekilas di jendela, bapak kepala sekolah berpayung di pintu gerbang sambil memandang ke jalan, mungkin berharap ada siswanya yang berlari di ujung jalan mengejar bel sekolah hingga ia tidak terlalu malu karena hanya mempersembahkan 13 anak kepadaku pagi ini. Dalam hati tersenyum, pasti akan jadi adegan yang lebih dramatis dari film Laskar Pelangi karena ada scene berpayung di bawah rintik hujan, menunggu di gerbang sekolah. Hahaha…..

Kelas dimulai dengan perkenalan dan permainan kreatifitas. Terasa begitu lambat dan sulit untuk mencairkan suasana karena mereka seperti enggan menyampaikan ide-idenya. Lebih banyak yang terdiam dan enggan menjawab. Perlu kesabaran dan dan pemakluman dengan mendorong tiap anak, seperti menggerakkan gilingan berkarat yang lama tak mengenal olie, sebelum akhirnya pelan-pelan suasana mulai cair dengan ditandai permainan yang mulai bergulir dinamis. Nasib baik rupanya masih berpihak padaku, 3 anak lagi datang setengah jam sejak jam pelajaran dimulai,hingga menggenapi jumlah mereka menjadi 16 orang.

Berikutnya suasana menjadi lebih hangat karena celetukan nakal dan lelucon khas remaja mulai terdengar disana sini. Dan pelan-pelan pendapatku tentang mereka berubah, sebenarnya mereka bukan anak yang pasif, diam, atau malas. Hampir semua kurasakan mempunyai semangat dan ini adalah modal untuk kelas motivasi ini. Beberapa anak memang agak pendiam, tapi ketika diminta mengungkapkan pikiran dalam bentuk kalimat tertulis, mereka bisa menuangkannya dengan baik dan dalam kalimat yang panjang. Beberapa bahkan diluar perkiraanku.

Hangatnya semangat yang membara mulai terasa ketika di akhir kelas, mereka diminta untuk membuat pohon harapan dan menuliskan buah-buah harapan mereka. Kerjasama yang bagus tercipta, kreatifitas dan semangat makin terasa ketika mereka bekerja sama mengerjakan dan menempelkannya erat-erat di dinding kelas mereka. Mudah-mudahan semangat ini membawa perubahan hingga pertemuan minggu depan, sambil aku berpikir keras materi apa yang akan kuberikan minggu depan (Bersambung…)