Selasa, 08 September 2009

Menjadi Matahari

Ingin menjadi matahari,
Yang hangatnya mengusap lembut kulitmu
Meluluhkan musim-musim beku
Saat kau merangsak maju, mengusir sepimu

Ingin menjadi matahari,
Yang bersinar sepanjang musim semi
Menemani langkah gadis kecil berlari menangkap kupu-kupu

Ingin menjadi matahari,
Mengintip malu-malu dibalik tirai itu
Memandangmu terlelap
Setelah thyroid terrenggut darimu

Ingin menjadi matahari,
Yang panasnya menyeduh batang daun teh tanpa gula di cangkirmu
Meredam batukmu.

Ingin menjadi matahari,
Memijat lelahmu setelah menguntai kata secerlang permata
Menyorot gambar dinding hidupmu menjadi penuh warna

Ingin menjadi matahari,
Memeluk dengan pancarannya
Tersenyum bersama sinarnya
Meredam gundahmu
Menentramkan gelisahmu
Menggenggam tanganmu

Ingin menjadi mataharimu...

November 2008

Ruang Kita

Ada ruang yang saat ini hanya kau dan aku didalamnya
Dirajut dalam hening malam
Dijalin perlahan dengan keakraban
Belum dapat tergantikan
Dan hanya kita yang tahu pintunya.

Tawa kita...
Kisah kita,
Pintu kita ...
Ruang kita !

Kapan saja aku membutuhkanmu, engkau ada
Membagi tawaku engkau ada
Menampung tetes airmataku, engkau ada
Dalam rintih sakitku, engkau ada
Teman malam gelapku.

Saat ku tengok ke belakang
Lihat, ... sudah sedemikian panjangnya
Seindah semburat warna warni pelangi
Sepanjang selendang jingga membungkus hangat tubuhku
Sewangi aroma pagi di taman bungaku.

Ruang ini,
Ruang kita.
Pintu ini ...
Pintu kita !

Agustus 2007

GELISAH

Kukayuh dayung cepat-cepat
Agar pohon asam tua hanya lewat di ujung mata
Biar semua jadi deretan menunggu
Sementara aku cepat-cepat berlalu

Padahal aku ragu, gelisah dan tak tahu arahku
Hanya melewati lajur jalur aspal itu
Langkah ringan itu sudah hampir terlupakan
Juga jalan yang tercium aroma pagi
telah menjadi begitu berdebu tak pernah terlewati
Tak lagi mampu terpekur
Berteman akrab dengan jiwaku.

Rasa gelisah ini.
Apakah pertanda aku rindu ??


Ketika rindu rasa damai yang dirasa saat
naik angkot dini hari sepulang misa pagi
Blora, 21 September 2006

Sabtu, 05 September 2009

SKETSA BULAN

Sayang…
Malam ini tadi aku membelah hutan.
Menembus gelap malam diantara batang jati meranggas
Seperti batang kayu mati yang tertancap tanpa nyawa.
Tapi akan hijau merimbun ketika rintik hujan datang pertama.

Sayang...
Malam ini tadi bulan purnama.
Cahayanya membuat jalan yang kulalui tak lagi gulita.
Lingkaran bundar penuh menjadi penjuru
Menuntun langkahku menuju kota.

Sayang...
Indah sekali...
Kulihat bulan terperangkap diantara ranting jati
Terselip diantara jemari dahan berserakan
Tapi tetap bisa tersenyum di antara mega – mega.

Sayang....
Ini kubuat sketsa bulan itu
Kulipat dan tersimpan rapat.
Kutunjukkan padamu suatu saat nanti...

Senin, 01 Juni 2009

Merelakan

Saat akal sehat dan nurani membisikkan.. "Relakan"
Tak mudah diterima apalagi jika diselimuti egoisme
Belajar membiarkannya lepas dari tangan
Mudah-mudahan menemukan rasa damai tertinggal

Surrender fully

Now, I am realize why He prepares me yesterday
I Have wrote, if someone gives, never afraid become nothing left
Because with Give.. we will abundant

Today, I try to practice it
Surrender fully… Released it..
And I find HIM, in me..

Minggu, 31 Mei 2009

Tiga Kali

Ada yang mengatakan, tiga kali sebagai tanda kesungguhan.
Petrus yang menyangkal tiga kali..
Dan tiga kali pula ia dipulihkan ketika Yesus bertanya,
Apakah kau mengasihiku…

Kali ini aku mendapatkan karunia itu.
Ia menyapaku tiga kali..

Menjadi begitu menyentuh hati,
Setelah lama tak aktif,
Jeda dan larut dalam kesibukan yang dibuat sendiri
disaat yang tak terduga,
Mendapat kesempatan melayani tiga kali.

Dalam waktu yang hampir bersamaan menyambut pentakosta
Tak direncanakan dan diluar kehendak
Hadir disaat yang tepat,
Seolah Ia menyambutku kembali ketika aku pulang,
Setelah mengembara entah kemana

Tiga kali..
Mudah-mudahan menjadi tanda yang selalu mengingatkan aku akan kemurahanNya
Hingga perasaan ini tak lalu begitu saja
Jadi semangat ketika lupa
Menguatkan di kala duka
Untuk bertekun dalam kemurahanNya

Rabu, 27 Mei 2009

GRATEFUL

Today, HE show me how much HE loves me more and much
Not in once or twice chance…
Many .. and several time
HE sent HIS angels to come and hold me
Keep me smooth in HIS warm wings
Unspeakable.. thanks GOD
How fool I am
Must be with the real thinks, I believe in YOU

Sabtu, 21 Maret 2009

Mimpi

Ada segumpal harapan yang disimpan dalam keranjang khayal.
Ditulis dengan tinta tak berwarna dalam lembaran lembaran angan
Tak ada yang tahu, karena lebih sering kurundingkan dengan suara hati
Tentang gubug kecil di padang…
Tanaman di halaman dan tirai yang kuidamkan.

Halaman demi halaman kutulis mengisi waktu
Bagaikan merajut selimut mimpi yang berwujud gumpalan awan membisu
Terikat pita merah dan disimpan di ruang terdalam

Hanya aku yang tahu…
Terkadang membaginya denganmu.

Aku terjebak dan larut dalam belitan benang hasrat yang menjerat.
Ketika tak mampu kembali ke alam nyata setelah asyik berkelana
Terikat pada kaki, tangan dan mulutku
Dibekap mimpi-mimpi palsu.
Menyeretmu masuk di alam nisbi,
Tersadar ketika mendengar.. itu milikmu!

Dengan senyum perih yang tersisa

Menunggu di pintu gubug itu.

Senin, 09 Maret 2009

Siang yang terik

Panas sekali udara siang ini.
Matahari menyengat terik,
Mengingatkanku pada Bali dan … dirimu.

Entah mengapa,
Siang yang panas selalu mengingatkanku pada suasana Bali.
Pada terik di sepanjang jalanan Kuta,
Pada matahari menyengat dan ombak mendebur Benoa..
Mungkin karena setelah siang yang terik itu,
Menjanjikan sore yang redup, senja yang romantis atau..
Malam yang hangat di Bali.

Terlebih karena tanpa pernah merasakan siang yang panas,
Tak pernah merasakan nikmatnya udara sejuk.

Tak pernah merasakan sesuatu indah sebelum merasakan yang menyakitkan.
Tak akan pernah mensyukuri nikmat ...
tanpa pernah merasakan derita.

Jumat, 06 Maret 2009

Jangan biarkan berlalu

Hari ini adalah hari terakhir mengajar kelas motivasi di Cepu.
Agak malas bangun karena sedang radang tenggorokan berat.
Dengan enggan . . , menyiapkan diri dan bersiap-siap berangkat.
Hari masih pagi dengan udara sejuk dan matahari yang masih menyembunyikan sinarnya.
Ketika menaiki mobil,
tersadar bahwa mulai minggu depan tidak ada acara bangun pagi dan membelah kerimbunan hutan jati lagi.

Tiba-tiba tersadar
Suasana pagi, meninggalkan rumah ketika yang lain masih lelap,
Jalanan yang sepi, hijaunya pepohonan… tersimpan di hati.
Ternyata hal yang dianggap membosankan
suatu saat bisa menjadi suatu yang dirindukan
Rutinitas yang telah menemani melewatkan hari,
telah terpatri walau keberadaannya tersembunyi.

Banyak kejadian yang terkadang kita biarkan lalu begitu saja
Tanpa disadari sekecil apapun tiap peristiwa dalam hidup ini,
Bila dinikmati dan dimaknai...
Akan menjadi proses yang mendewasakan diri.

Jangan biarkan …
Setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupmu, Berlalu begitu saja!

Semangat

Selalu berusaha kutemukan api dalam diriku
Yang membakar dan menyemangati hari-hariku
Kadang hanya menyisakan bara tanpa nyala
Redup… dan tak terasa hangatnya
Tetap kucari dan kucari

Hilang ditelan hiruk pikuk perkara
Terselip entah kemana
Terkapar dan kecewa
Menyesal dan gelisah
Hilang harapan

Yang kuperlukan hanya sedikit waktu,
Tak tega untuk membiarkannya berlalu
Untunglah selalu kutemukan energi baru
Yang tak kutahu dari mana asalnya..
Ada sosok yang akhirnya kusadari keberadaanya,
Yang kehadiranya terabaikan
Namun ternyata meniupkan semangat dalam diriku
Yang ketika energiku habis
Aku akan bersembunyi
Dan berlari menemuinya

Yang kusimpan di tumpukan paling dalam
Tertimbun oleh segala kesenangan
Terlupakan ketika bahagia
Ingat ketika bencana
Memohon, merengek padanya

Yang selalu menerimaku
Terbuka menyambutku
Meski aku jarang ingat padanya

Tuhan!

Selasa, 24 Februari 2009

Kelas Motivasi Lanjutan

Setelah mendapat kepercayaan untuk mendampingi dan memberi semangat pada siswa-siswa kelas XII SMAK St Louis Cepu, membawa ‘side effect’ yang mengharukan : diminta kembali memberi kelas motivasi untuk murid kelas IX SMPK St Louis Cepu.
Tentunya akan menjadi pengalaman yang seru dan menyenangkan disamping rasa penasaran, kira-kira seperti apa situasi yang akan terjadi dan bagaimana cara yang efektif menghadapi siswa kelas IX yang berada dalam masa transisi antara anak-anak menuju remaja.

Hari jumat kemarin adalah pengalaman yang ditunggu itu. Sambutan yang hangat dari guru dan kepala sekolah menjadi amunisi tambahan, selain bertemu dengan wajah-wajah lugu anak-anak seumur mereka yang memberi harapan bahwa tentu tidak akan sulit mengajar di kelas ini dibanding ketika mengajar di SMA kemarin.
Bersama-sama kami berjalan menuju ruang perpustakaan yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai ruang kelas motivasi pada pertemuan setiap hari jumat. Terasa riuh dan penuh karena yang hadir berjumlah 33 anak komplit, sesuai dengan jumlah seluruh siswa kelas IX di sekolah ini. Dengan tidak ada murid yang membolos! ( beda dengan ketika mengajar di SMA yang sulit mengumpulkan seluruh murid dalam jumlah lengkap)

Diluar dugaan, ternyata menghadapi anak-anak seumuran mereka tidak semudah yang dibayangkan. Sulit sekali mengendalikan kelas karena mereka semua senaaang… berbicara sendiri-sendiri. Ketika ditunjuk atau diminta berbicara, tidak ada kata yang terucap, tetapi ketika aku berpaling ke bagian lain mereka langsung mengeluarkan suara dan ngobrol seru dengan sebelahnya. Seperti lebah madu yang aktif mendengung berproduksi… Alamaak…..!!! Benar-benar pusing dan membingungkan, sampai suara hampir serak karena harus berbicara keras agar tak tertelan gemuruh mereka

Benar-benar diluar dugaan, situasi yang dihadapi tidak seperti yang terbayangkan. Pengalaman pertama dulu, mengajar 16 anak yang pasif bertolak belakang dengan kali ini, mengajar 33 anak aktif dan senang berbicara sendiri.. hehe…
Ketika sempat disinggung tentang karakter positif dan penghargaan pada orang lain, baru mereka sedikit mengurangi frekuensi keriuhan meskipun tak berhasil lama sebelum akhirnya.. rame lagi sendiri… pusiingg deh .. hahaha…

Bagaimanapun, pengalaman ini tetap berkesan sambil membawa pesan : harus kupikirkan metode yang efektif untuk mengendalikan mereka pada pertemuan pekan depan. Secara keseluruhan kelas berlangsung cepat dan dalam suasana santai karena kami juga tidak duduk secara formal di kursi melainkan duduk bersila dilantai. Ruang kelas juga membantu karena terletak di bagian belakang sekolah hingga tidak mengganggu kelas formal yang lain. Beberapa anak mulai kukenali dan meninggalkan kesan. Ada yang dewasa dan pengertian, ada yang diam dan pemalu, selain juga ada yang menatap dengan tatapan cerdas dan rasa ingin tahu besar.

Pertemuan ini berakhir tepat setelah 2 jam pelajaran dan kesempatan bertemu kepala sekolah dan wali kelas mereka sambil bercerita tentang suasana murid secara keseluruhan. Perjalanan pulang terasa ringan dengan membawa honor pertamaku selama mengajar : sekotak kecil kue dan segelas air mineral yang dengan bangga kubagikan dengan anak-anak di rumah… :)

Minggu siang

Minggu siang yang terik menjelang sore
Mengingatkan pada matahari yang memanggang
dataran pulau dewata.
Pada pohon kelapa yang daunnya melambai-lambai,
memanggil awan dan angin berkunjung mendinginkan udara.
Pada jam 3 sore WITa yang lengang sepanjang jalan kampung menuju nusa dua,
Pada debur ombak membisik di kejauhan, berteriak agar mentari segera tenggelam
dan senja yang sendu segera menggantikan.

Senja yang syahdu …
Terbayang bola keemasan yang perlahan lahan menenggelamkan dirinya di balik air.
Takjub memandang,
ketika alam perlahan merubah wajah dirinya
Sambil menikmati desir angin membelai helai-helai rambut
Di bangku kayu berlantai pasir
Di bibir pantai Jimbaran.

Malam yang rindu..
Berjalan dituntun kerlip bintang
Menyusur jalan setapak remang remang
Diiring sendau gurau dan tawa riang
Pulang menuju peraduan

Pagi yang cerah…
Senyum di bibir merah..

Bersamamu.

Sabtu, 21 Februari 2009

Rayu mu

Terkadang rindu rayu mu
Yang mengayun dalam buaian sukma
Meredam gejolak resah
Bak candu meremas hati, menjalar ke ubun-ubun.

Terkadang canggung dengan rayu mu
Datangnya ketika dahaga telah terpuaskan
Seperti nyanyian berbeda nada
Realistis versus romantis!

Terkadang butuh dengan rayu mu
Merengek.. menunggu
Tak kunjung bertamu
Seharap Nietche melantunkan mawar biru?

Terkadang.. menunggu saat yang tepat
Tak bisa diduga
Saat rayu hinggap, telah ada yang berharap.

Senin, 16 Februari 2009

Kelas Motivasi Ketiga

Hari ini, bertepatan dengan hari yang oleh sebagian orang disebut hari kasih sayang, pertemuan ke 3 kelas motivasi kupersiapkan dengan persiapan lebih. Sengaja ingin memanfaatkan momentum suasana hari ini, untuk menyentuh dan menggugah perasaan para siswa agar memunculkan niat untuk merubah diri dan menumbuhkan semangat mereka untuk mengejar apapun yang mereka impikan.

Persiapan terasa lebih ringan dibanding pertemuan sebelumnya walaupun kali ini membawa peralatan extra : notebook, speaker dan sekotak wafer coklat. Kelas kuawali dengan sapaan nyaring penuh semangat “Selamat pagi..” , dan untuk mencairkan suasana agar lebih dinamis kuminta mereka berdiri berbaris sesuai anggota kelompoknya, lalu diminta untuk menggambar sebuah bangunan bersama-sama secara bergiliran, tetapi tiap orang hanya boleh menggoreskan satu coretan saja, demikian berulang hingga waktu yang ditentukan berakhir. Permainan cukup membuat suasana menjadi cair, sambil mulai memberi materi tentang pengembangan karakter.

Suasana kelas berlangsung cukup baik, bisa dikendalikan dan berlangsung dinamis, hingga waktu terasa begitu cepat. Keakraban mulai tercipta diantara kami hingga mereka mulai focus pada penjelasanku dan tidak sibuk ngobrol sendiri dengan teman sebelahnya. Permainan berseling dengan materi tentang karakter dan motivasi dariku, serta harapan-harapanku pada mereka demi perkembangan semua siswa mengisi 2 jam pelajaran ini secara dinamis diiringi sambutan aktif dari mereka.

Tidak dipungkiri, masih ada beberapa anak yang pasif dan diam, tapi masing-masing kurasakan menunjukkan perkembangan kearah yang lebih baik, dimaklumi bahwa tingkat pencapaian mereka berbeda tergantung pribadi masing-masing. Hasil yang merupakan pencapaian terbaik mereka bagiku adalah pada mereka yang melaksanakan niatnya untuk tidak membolos lagi selama seminggu kemarin, juga niat-niat mereka secara pribadi untuk mengurangi hal-hal negative dalam dirinya.

Yang menarik, ketika memikirkan cara bagaimana merubah sikap mereka yang menyepelekan pelajaran dan karakter buruk lainnya tanpa nada menggurui, terlintas untuk mengemasnya dalam permainan dimana tiap kelompok membuat naskah yang temanya adalah karakter buruk mereka dan kemudian divisualisasikan dalam bentuk drama. Sangat menarik, karena selain mengetahui sikap-sikap badung dan kebiasaan yang sering mereka lakukan, ada saat mereka melihat suatu sikap yang biasanya mereka lakukan itu, dari sudut pandang yang lain. Mereka tertawa ketika kejadian itu mereka lihat kembali, sekaligus sejenak terpana ketika diberi kesadaran bahwa sikap tersebut tidak semestinya dilakukan.

Setengah jam sebelum kelas berakhir, dengan iringan suara lembut instrumental lagu From This Moment, mereka menuliskan apa yang mereka rasakan dan apa perubahan yang mereka alami setelah beberapa kali mengikuti kelas motivasi ini. Di akhir acara, masih dengan suasana yang sengaja dicipta menyentuh dengan kata-kata menggugah semangat dan harapan-harapanku pada mereka, tiap anak mengatakan niat mereka untuk melakukan perubahan dalam diri masing-masing sambil kujabat tangan mereka satu persatu.
Suasana cukup mencekam dan mengharukan, hampir aku tak tahan dan mengalihkan tatapanku dari pandangan mereka yang berkaca-kaca, karena tak terasa mataku juga telah terasa buram.. ( Hehe… nggak lucu kalau gurunya juga ikutan nangis kan…)

Mereka semua anak-anak yang mengesankan, …. dengan talenta masing-masing yang mengagumkan karena ternyata banyak yang memiliki bakat seni seperti menggambar, menyanyi dan memainkan beberapa alat musik. Mudah-mudahan apa yang mereka alami selama beberapa kali pertemuan di kelas ini membekas dan membawa perubahan yang membawa mreka pada hal-hal baik di masa depan. Sukses untuk kalian semua, siswa kelas XII SMAK St Louis Cepu,.. Kejarlah apa yang kalian cita-citakan! Tanpa menyerah.. Tanpa putus asa!








Kamis, 12 Februari 2009

KECEMASAN

Saat kau berada dalam payung hitam
Semua ketakutan mencekam.
Gelisahmu muncul akan hal-hal yang terpikirkan dalam benak.
Akan hari esok,
Akan masa depan.
Kecemasan… kegelisahan …
Rencana yang meleset dari sasaran
Harapan yang bergeser dari kenyataan
Bahkan mungkin akan apa yang akan kamu lakukan saat mata terbuka esok pagi.

Jika kau biarkan tali-talinya kencang mengikat kaki tanganmu
Mengaburkan akal sehat dan menguburkan semangatmu
Jari jarinya akan semakin mencekik dirimu
Dan kau akan semakin dalam terpuruk, terbelenggu.

Sewaktu ia datang
Jangan kau biarkan dirimu kalah dan menyerah
Buang dan tendang gelisahmu
Bergegas bangkit dari ratapan dan nikmatnya tergolek dalam keluh kesahmu
Singkirkan jauh-jauh cemas dari jalan di hadapan
Abaikan,
Walau mereka merayu menggoda.

Setelah melompat keluar dari kungkungan payung gelap itu
Lihatlah indah dunia dan cerahnya matahari.
Niscaya akal sehatmu akan menghirup oksigen yang membuatnya mampu berpikir jernih
Dan jangan terkejut jika engkau akan menyesali kebodohanmu
Membiarkan dirimu terperangkap dalam jerat palsu.

Obrolan Kecil

Semalam berbincang dengan anak perempuanku.
Bukan tentang hal-hal yang menghebohkan, hanya obrolan ringan yang berawal saat aku mananyakan suasana kelas, system pembelajaran di sekolahnya, atau sekedar bergosip tentang siapa murid paling pintar di kelasnya.

Ngobrol berdua...
Hal yang ternyata terlewatkan setelah 10 tahun 5 bulan dan 20 hari aku menjadi ibunya.
Ia lebih sering tidur di kamar neneknya hingga hubungan kami tidak terlalu akrab. Selain itu ada sikap mandiri dan cuek yang tertanam sejak kecil hingga ia tidak selalu tergantung padaku lagi. Mungkin jika aku pergi berbulan-bulan, ia tidak akan terlalu kehilangan diriku. ( Bukan juga berarti aku tidak pernah memperhatikannya, menyiapkannya sebelum berangkat ke sekolah, menyiapkan peralatan les hingga menjemputnya tiap hari sepulang les selalu kuusahakan kukerjakan sendiri selama tidak ada kesibukanku yang lain ).

Agak mengherankan malam kemarin ia berlama- lama berada di kamarku sebelum biasanya langsung pergi ke kamar neneknya untuk berangkat tidur. Di atas ranjang ia bercerita tentang gurunya yang keras dan disiplin, kritikan pada guru dan teman2nya, cerita tentang teman yang agak menjengkelkan menurutnya, sambil terselip pertanyaan2ku mengenai prestasinya di sekolah. Ada suasana akrab dan kedekatan dari obrolan ringan itu. Tidak semua yang diceritakan bisa kuikuti, tapi aku berusaha mendengarkannya sambil tiba-tiba terselip perasaan bersalah karena telah melewatkan kesempatan-kesempatan seperti ini di waktu-waktu yang lalu. . .
Mudah-mudahan,
akan ada saat lain yang lebih banyak kami lewatkan bersama, sambil berbincang …
Sebagai sahabat dekat.

Senin, 09 Februari 2009

Kelas Motivasi Kedua

Kembali insomnia ini datang tiap jumat malam menjelang sabtu dini hari. Dan kembali alarm yang terpasang masih terlelap ketika kau terbangun. Tapi perasaan lebih ringan kali ini. Anak-anak kutinggalkan tanpa rasa was-was dan perjalanan pagi ini sangat lancar didukung pagi yang lembut mengiringi perjalanan menembus kerimbunan hutan jati. Persiapan juga lebih mudah karena telah tahu situasi kelas yang akan dihadapi.

Menyapa mereka, 23 siswa yang kudampingi dan jumlah siswa yang hampir komplit mengenapi seluruh siswa kelas XII, meskipun masih 2 lagi yang belum penah kutemui hingga 2 pertemuan ini.
Kelas kuawali dengan menanyakan kabar dan perubahan apa yang mereka rasakan setelah mengikuti kelas motivasi minggu lalu.
Seperti minggu lalu, masih banyak keengganan untuk menjawab dan berinteraksi, meskipun pada anak tertentu keakraban mulai muncul. Pendapat singkat dilontarkan, meskipun harus dipancing dengan beberapa pertanyaan agar mau berbicara. Sempat terkejut, ketika beberapa anak terdiam dan bahkan mengatakan : tidak merasakan apa-apa!.. dalam hati berkata, ya ampun.. berarti cuma aku yang termotivasi oleh diriku sendiri pada kelas minggu lalu .. hehe ..

Tiba pada giliran seorang siswa ketika ditanya apa yang kamu rasakan setelah mengikuti kelas minggu lalu, Ia menjawab : “ sejak kemarin sampai sekarang, tiap hari saya masuk sekolah. Dengan heran bertanya, apa yang aneh dengan masuk sekolah tiap hari?... Ternyata, dalam seminggu ia bisa 2 atau 3 kali membolos. ( yg ini mah kebangetan.. maleeees bangeett… ). Keharuan menyeruak, paling tidak ada yang merasakan dampak positif dari pelajaran minggu lalu, Perubahan itu meskipun belum nyata, tapi ada!

Setelah diamati, ternyata tingkat motivasi dan semangat belajar mereka terutama di kelas IPS memang memprihatinkan. Para siswa kelas IPA yang sejumlah 7 anak lebih menonjol dalam beberapa hal.. Mereka lebih kompak, bersemangat dan cekatan.
Sementara di kelas IPS, membolos, tidur di kelas, mengacuhkan guru dan main HP ketika pelajaran rupanya sudah menjadi kebiasaan dan tradisi.
Dan seperti perkiraan minggu lalu, ternyata mendampingi 23 anak jauuhhh lebih suliit dibandingkan 16 anak. Lebih sering mereka berbicara atau bercanda sendiri ketika teman yang lain berbicara. Sementara aku berjalan kesisi yang kiri, mereka yang duduk di sisi kanan asyik dengan percakapan dan gurau mereka sendiri.
Lebih memprihatinkan lagi ketika dalam kerja kelompok seorang anak lebih memilih diam tak beranjak dari posisinya ataupun sekedar ingin tahu dan perduli dengan apa yang dilakukan teman-teman yang ada disebelahnya. Sayang sekali…

Kali ini mereka mengidentifikasi diri mereka dengan membuat ‘potret diri’ yang berisi tentang apa kelebihan/potensi, kekurangan/ hambatan, apa tujuan mereka dan apa yang harus dilakukan/ komitmen untuk mencapai tujuan. Selanjutnya mereka diajak untuk membuat menara sedotan untuk mengasah kekompakan dan kerjasama sekaligus mengasah kemampuan mereka berbicara di depan umum ketika harus mempresentasikan hasil karyanya. Mengharukan, ketika seorang anak yang sejak awal terlihat pasif dan biang bolos, dalam kerja tim menunjukkan ketrampilan dan kecekatannya.
Ketika hal itu kuungkapkan, bahwa kamu sebetulnya kreatif dan cekatan, sekilas kulihat perubahan di wajahnya. Bahkan ketika kutantang untuk membuat komitmen tidak membolos lagi sampai ujian akhir, dia menyatakan bersedia dan seketika keharuan menyergap diriku.
Dalam pertemuan kali ini terbentuk kelompok belajar yang bertujuan memotivasi mereka untuk saling membantu dalam kerjasama positif menghadapi Unas.
Mereka menyadari bahwa musuh utama mereka adalah rasa malas yang membawa rentetan sikap-sikap lain seperti mengacuhkan pelajaran dan lebih memilih untuk sibuk dengan dunia mereka dan gurauan dibandingkan mendengarkan penjelasan guru.
Hal itu memberikan ide tentang apa yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.Ya.. mereka perlu pemahaman tentang karakter positif yang harus dikembangkan serta meningkatkan sikap peduli hingga mereka lebih bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri.

Secara keseluruhan, kelas berlangsung cepat karena persiapan juga lebih matang, tapi terasa lebih sulit untuk mengendalikan dan menggerakkan motivasi mereka. Mungkin karena jumlah siswa lebih banyak serta siswa lebih beragam kemampuannya. Sementara itu…salut bagi anak-anak IPA untuk ketekunan mereka.



Rabu, 04 Februari 2009

PASAR

Pasar kota Blora, tepatnya satu sudut di belakang bangunan itu telah menjadi tempat istimewa bagiku. Bukan hanya karena sahabatku tinggal disitu dan membuka lapak yang menjual aneka peralatan dapur dan pisau persis di belakang pintu pasar, hingga tiap orang yang lalu lalang akan keluar masuk dari pintu pasar bagian belakang, akan melewati tempat dagangannya. Juga karena aktifitas yang kulakukan disana ternyata telah menemaniku melewati hari-hari.

Saat resah akan masalah, jenuh, menghindar atau sekedar mencari makanan pengisi perut semua bisa diatasi dengan meninggalkan rumah dan lari ke… pasar. Ketika galau, ternyata hanya sekedar duduk dan mengamati orang lalu lalang berbelanja dan pedagang yang menawarkan dagangannya, telah membuat aku melupakan kegelisahanku. Mendengar percakapan antar pedagang yang menjual dan pembeli yang menawar, Penjual kacang panjang yang ketika siang mulai gelisah, dan dengan kacang panjangnya yang lemas seperti habis mengikuti perlombaan maraton itu digendong kian kemari dan ditawar-tawarkan dengan harga murah. Atau bapak tua penjual ikan yang juga berkeliling turun dari tahta kiosnya, yang selalu memaksaku membeli dagangannya karena sang ikan ternyata juga telah ikut lari marathon juga.

Penjual kacang goreng yang duduk berjajar, menjual dagangannya diatas ‘tampah’ yang diletakkan di atas keranjang anyaman bambu yang disebut ‘dunak’ selalu menimbulkan gairah karena aku adalah penggemar kacang yang digoreng dengan kulitnya sekaligus dan tanpa menggunakan minyak goreng itu. Ya kacang itu digoreng dengan menggunakan pasir, cara tradisional sekaligus ide cemerlang nenek moyang kita.
Lalu tiga orang penjual jajan pasar seperti : getuk, gemblong dan tiwul, yang duduk di dingklik pendek di sepanjang tangga pintu pasar itu lebih menyerupai induk ayam yang mengerami telur-telurnya, dengan obrolan-obrolan ringan khas perempuan, sementara tangan-tangan mereka tak pernah lelah bergerak dengan gerakan memotong, memarut atau membungkus.

Bermacam jenis orang kutemui ketika duduk menghadap pintu pasar ini. Yang besaar dengan ukuran extra, yang kecil, kurus hingga paling cantik. Yang berdandan aneh, waria, pengemis, pengamen hingga copet!. Diam-diam terbentuk hubungan kekerabatan yang dekat diantara para pedagang disana dan betapa mereka adalah perempuan-perempuan tangguh yang mempertahankan roda rumah tangganya dengan meninggalkan rumah sejak dini hari dan mengadu keberuntungan dengan berdagang di tempat yang bernama : Pasar.

Hal lain yang menyenangkan adalah segala jenis makanan dan jajanan ada, dengan harga yang sangat murah. Hanya berbekal lembaran ribuan, perut akan kenyang sedang lembaran-lembaran itu terasa tak ada habisnya. Sepiring nasi sayur bayam dan sambal cukup seribu rupiah, es teh lima ratus, aneka jajanan limaratus dan bubur sunsum cukup lima ratus rupiah saja. Perut kenyang dengan aneka menu !

Saat hati ini gelisah atau bosan di rumah, datang ke pasar, duduk menghadap pintunya, mengisi perut, lalu berjalan masuk kepasar, berkeliling di antara penjual aneka hasil bumi khas seperti waluh, pare, gembili atau berjalan ke los penjual ikan laut sekedar melihat-lihat. Tak heran para penjual itu mungkin jengkel karena aku hanya akan berjalan melihat-lihat dagangannya sementara mereka berusaha sepenuh hati menarik minatku untuk membeli. Atau mungkin menganggap aku pembeli pelit karena selalu menawar di bawah harga tanpa pernah membeli dagangan mereka, karena memang tujuanku kesana bukan berbelanja melainkan menjalankan terapi penghilang stress.. hahaha… Dan ajaib setelah kenyang dan bosan, aku akan pulang ke rumah, …dengan perasaan ringan!

Hiruk pikuk pasar, aneka jajan pasar, hasil bumi, hasil laut ternyata tersimpan rapi di ingatan dan kelak menjadi suatu yang dirindukan ketika 2 bulan aku meninggalkan Blora dan tinggal di Jakarta. Ada kesadaran muncul bahwa pasar tradisional memiliki tempat khusus di hatiku dan ternyata keberadaannya telah mengalahkan pesona supermarket yang sejuk dan berlantai ubin sekalipun.
Ingin menikmati pesona pasar??... Cobalah, dan temukan bahwa dimanapun bahkan di tempat yang paling becek dan kotor sekalipun akan selalu ada hal-hal menarik bila dicermati dan akan menjadi teman melewatkan hari-hari.

Selasa, 03 Februari 2009

Feel better

Merasa lebih baik hari ini.
Mungkin karena apa-apa yang perlu dikerjakan dan menjadi kegelisahan mulai dibereskan.
Rencana kerja, tagihan, kas cukup.. meskipun dengan segala upaya.
Menemui seseorang, hari ini...
Sempat memunculkan perasaan tak karuan, bersalah, gelisah, tak bisa didevinisikan.
Setelah diakui dan disadari.. pelan-pelan memudar.
Semua proses harus dijalankan.
Hanya rasa-rasa bersalah yang harus ditepiskan.
Mudah-mudahan ini adalah jalan.

Kelas Motivasi Pertama

Sabtu, 31 januari ’09 adalah kelas motivasi pertamaku. Kepercayaan besar diberikan oleh pihak SMU St Louis Cepu dengan menyerahkan siswa kelas III untuk menjadi kelinci percobaanku. ( tanpa kemampuan memadai dan materi yg coba-coba, bukankah namanya kelas percoban?, Hehe… )
Gemericik hujan sejak semalam belum juga berhenti hingga pukul 6 pagi ini. Dengan perasaan was-was takut bangun kesiangan sebelum tidur menjelang dini hari semalam, alarm kupasang pada angka 05.30. Rupanya perasaan campur aduk sehubungan dengan kelas pertama ini tersimpan di bawah sadar hingga tidurpun tak juga nyenyak dan alarm akhirnya tidak diperlukan karena aku telah bangun mendahului bunyinya.
Perasaan kuatir karena meninggalkan anak-anakku sebelum mereka berangkat sekolah juga apakah mereka nanti akan menyantap sarapannya, datang silih berganti menghantui. Akhirnya ditengah rintik hujan, berkendara menuju cepu dan tiba tepat 10 menit sebelum bel tanda masuk sekolah berbunyi.

Dengan membawa tas ransel dan kertas gulungan besar untuk materi nanti, sambil berpayung dibawah tirai hujan, mudah-mudahan tidak seperti tentara romantis membawa jatah ransumnya. Bapak kepala sekolah menyambut dan mempersilahkan masuk kedalam kelas dengan kata-kata mohon pemakluman : “karena hujan, biasanya murid-murid datang agak terlambat”, penuh senyum kujawab “ tidak apa pak, nanti bisa kita tunggu”.

Memasuki ruang kelas, beberapa anak sudah hadir, dan sambil menunggu kami mengatur susunan meja kursi dan menyiapkan peralatan serta materi dari dalam tas yang kubawa. Kesadaran muncul ketika hampir tidak ada lagi yang dikerjakan, sementara kelas terasa begitu longgar karena hanya diisi….. 13 siswa dan diriku!

Seluruh murid di SMU ini ada 80 orang dan murid kelas XII berjumlah 7 anak di kelas IPA dan 18 anak untuk kelas IPS. Dari 25 siswa kelas XII itu, saat ini hanya 13 anak yang ada dihadapanku . Seperti tersadar bahwa hanya inilah yang ditakdirkan menjadi bahan percobaanku hari ini, segera kukuasai keadaan dan mulai menyapa mereka ramah.
Terdengar suara menghibur di hatiku, bukankah ini makin menyatakan kebenaran bahwa sekolah ini perlu pemotivasian karena memang kondisinya sedang menurun, dan paling tidak mengajar 13 anak akan lebih mudah daripada 25 anak. Masih sempat kulihat sekilas di jendela, bapak kepala sekolah berpayung di pintu gerbang sambil memandang ke jalan, mungkin berharap ada siswanya yang berlari di ujung jalan mengejar bel sekolah hingga ia tidak terlalu malu karena hanya mempersembahkan 13 anak kepadaku pagi ini. Dalam hati tersenyum, pasti akan jadi adegan yang lebih dramatis dari film Laskar Pelangi karena ada scene berpayung di bawah rintik hujan, menunggu di gerbang sekolah. Hahaha…..

Kelas dimulai dengan perkenalan dan permainan kreatifitas. Terasa begitu lambat dan sulit untuk mencairkan suasana karena mereka seperti enggan menyampaikan ide-idenya. Lebih banyak yang terdiam dan enggan menjawab. Perlu kesabaran dan dan pemakluman dengan mendorong tiap anak, seperti menggerakkan gilingan berkarat yang lama tak mengenal olie, sebelum akhirnya pelan-pelan suasana mulai cair dengan ditandai permainan yang mulai bergulir dinamis. Nasib baik rupanya masih berpihak padaku, 3 anak lagi datang setengah jam sejak jam pelajaran dimulai,hingga menggenapi jumlah mereka menjadi 16 orang.

Berikutnya suasana menjadi lebih hangat karena celetukan nakal dan lelucon khas remaja mulai terdengar disana sini. Dan pelan-pelan pendapatku tentang mereka berubah, sebenarnya mereka bukan anak yang pasif, diam, atau malas. Hampir semua kurasakan mempunyai semangat dan ini adalah modal untuk kelas motivasi ini. Beberapa anak memang agak pendiam, tapi ketika diminta mengungkapkan pikiran dalam bentuk kalimat tertulis, mereka bisa menuangkannya dengan baik dan dalam kalimat yang panjang. Beberapa bahkan diluar perkiraanku.

Hangatnya semangat yang membara mulai terasa ketika di akhir kelas, mereka diminta untuk membuat pohon harapan dan menuliskan buah-buah harapan mereka. Kerjasama yang bagus tercipta, kreatifitas dan semangat makin terasa ketika mereka bekerja sama mengerjakan dan menempelkannya erat-erat di dinding kelas mereka. Mudah-mudahan semangat ini membawa perubahan hingga pertemuan minggu depan, sambil aku berpikir keras materi apa yang akan kuberikan minggu depan (Bersambung…)

Rabu, 28 Januari 2009

Keputusan

Keraguan dan keinginan datang silih berganti.
Terasa begitu mendesak, kadang-kadang.
Dan selalu keraguan datang mengiringi.
Rasa bersalah yang menggayuti.
Disamping kesadaran tak mungkin menyatu
Menunggu...
Sambil berharap pemakluman dari siapa saja yang mungkin dikecewakan.
Mungkin untuk mengurangi rasa bersalah ini.

Anak-anakku

Melihat album foto anak-anakku yang dibuat 2 tahun yang lalu. Dua tahun tak terasa tapi telah merubah wajah bulat kekanakan mereka menjadi lebih dewasa.
Anak perempuanku telah menjelma jadi gadis remaja yang hampir sebesar ibunya dalam dua tahun ini.
Wajah bulat anak lelakiku telah menjadi lebih panjang sehingga pipi montoknya menjadi agak tirus sekarang.
Dua tahun...
Hampir tak terasa, bilangan hari dilalui.
Sedih.. belum bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.
Belum memberikan yang ideal untuk keduanya.
Terbayang gurat kecewa penuh harap dari gadis kecilku yang berharap memiliki keluarga yang utuh.
Mencoba untuk mengacuhkannya dan bersikap baik-baik saja nak.. agar ia melupakan itu dalam agendanya.
Meskipun tahu bahwa harap itu masih ada, kelihatannya ia telah mulai menyadari ketidaksempurnaan dalam keluarganya.
Waktu yang telah dilalui, mudah-mudahan menghapus goresan luka mereka.
Sambil berharap akan pengertian dan maaf dari kalian... buah hatiku.

Selasa, 27 Januari 2009

Rumah Khayalan

Berharap suatu saat, tinggal di sebuah rumah kecil dan asri.
Dengan halaman luas dihampari tanaman hijau.
Dengan pohon kelapa dan apa saja yang tumbuh di halaman.
Tidak perlu terlalu besar, asal nyaman dan hangat dengan keteduhan.
Ada cinta dan canda melewati hari.
Tak perlu berpikir rumit untuk menjalani hari-hari, karena yang dibutuhkan toh hanya sepiring nasi dan tidur lelap.
Ada teman untuk berbagi tawa, diskusi dan ngobrol
Sahabat berdebat, .... tertawa, memasak bersama.
Dan ketika sore tiba, ada teman di beranda sambil menikmati secangkir teh hangat.
Kelihatannya menyenangkan...

Senin, 26 Januari 2009

Kepingan imlek

Kata orang dan menurut tradisi, hari ini bertepatan dengan imlek.
Bagiku, tak ada yang istimewa dibanding hari-hari biasanya. Hanya ritual khas dan aneka masakan yang membuat suasana menjadi beda.
Persiapan hampir membuat rumah pecah. Teriakan dan kegugupan menyiapkan sesaji menjelang tengah hari makin menyesakkan.
Inikah arti imlek? ..
Imlek dalam arti sempit ketika saat mengenang orang yg dicinta yang telah berpulang menjadi hampa karena dikalahkan oleh standar ini itu,
Sayang sekali...

Hanya mencoba memahami, pemahaman dengan segala keterbatasan.
Mengambil peran sejenak membantu, sambil mengenang orang-orang tercinta.
Ayah.., adik..., nenek...
Rindu pd kalian semua.

Sabtu, 24 Januari 2009

KEPINGAN IWIM

Karena kemurahanNYA, saya menerima hadiah yang selama ini sangat didambakan : sejenak istirahat dari rutinitas.
Program IWIM, yang seperti tiba-tiba hinggap di pangguan adalah pengalaman yang sangat menyenangkan. Banyak pengalaman dan hal baru didapatkan, seperti mendapat sekotak tools yang menambah koleksi, hingga memperkaya khasanah pengetahuan dan keahlian dalam menghadapi, mengelola dan menyelesaikan setiap kemungkinan yang ditemui ketika menempuh perjalanan hidup.

Memperkaya wawasan yang telah dimiliki, mengenal pengetahuan baru, hingga menjenguk dunia yang asing, semakin membuka mata akan betapa luasnya ilmu sekaligus memunculkan keinginan untuk banyak belajar dan belajar lagi.

Mengenal dan bersosialisasi dengan bermacam pribadi dengan karakter masing-masing menimbulkan kesadaran untuk memperlakukan setiap orang secara khusus. Karena tiap pribadi memiliki kekhasan tersendiri.

Beberapa saat tinggal di sekitar ibukota, pengalaman desa Jejeg, menimbulkan kerinduan pada rumah dan desa tempat saya tinggal. Hal-hal yang terasa biasa selama menetap di jepon, Blora, tiba-tiba menjadi terasa istimewa dan jadi dirindukan ketika melihatnya muncul di Jejeg. Pada hijaunya sawah, pada riuh dan beceknya pasar tradisional, pada kesederhanaan orang yang tinggal di desa…
Itu semua dijumpai setiap saat di Blora…. hampir terasa membosankan….namun sekarang terasa begitu berharga….

Dua bulan yang dilalui, terasa terlahir kembali …

Semangat yang kembali memancarkan cahaya… Kerinduan untuk membagi pengetahuan…. Ketulusan untuk memotivasi…. Semoga memberi manfaat.

HUJAN SORE ITU

Aroma tanah yang tersiram hujan itu mendidih, menguap
Mengusir panas yang bersarang di pori pori bumi
Memenuhi rongga rongga yang hampir mengkerut keriput

Rumput bunga meloncat tertawa ria
Diiring senyum angin mendekap daun daun
Dan pucuk bersorak berlari memeluk rintik

Kuhirup wanginya, lembutnya, hangatnya
Serasa dipeluk sang cinta
Menutup lubang lubang hampa
Mendinginkan panas mendidih
Damai menyelimut jiwa

Tersenyum
Memandang setitik hujan bergayut manja, bergantung diujung asa.
Diujung lengkungan daun,
Yang enggan melepas genggamannya
Ingin sepertinya
Bergantung ... pada seseorang

Menyapa Embun

Embun berkristal di piring daun
Gemerlap, secerlang binary tatapan
Kemilau menghias senyuman
Solitaire. . .
Bening dalam hening

Semalaman kau berdansa di lantai hijau
Tak sabar merindu menunggu surya
TAk gentar walau sadar
Teriknya menguapkan hidrogenmu

Siklus pun beredar
Tak ragu walau tahu
Hidupmu dibelenggu rentang waktu
Saat esok kucari
Kau sudah menunggu….
Dipiringmu

Pagi

Tiap pagi menimbulkan gairah baru , bercampur semangat bila esok kelihatan mudah jalan yang harus dilalui.
Tak jarang diiring gemetar melihat momok menerkam di kejauhan.

Mata silau menatap cahaya di tirai jendela, suara cecit burung mengetuk membangunkan, riuh ceria, secerewet wanita bergossip di balik pintu.
Kadang juga merindu, dibangunkan saat gelap bertahta dan matahari masih jauh diperaduan.
Menikmati hening dan sepi, tenang menyelimut jiwa.
Fajar mengiringi langkah menuju rumahNya dan pulang dengan semangat baru bak prajurit mendapat bekal untuk berlaga.

Pagi memberi harapan baru, menghirup udara memeluk kesejukannya, menikmati klorofil dan kuncup bunga, menyapa satu satu tiap kelopaknya.
Pagi menandakan hari baru, tantangan baru, terang baru, mendekati gelap yang samar samar.
Ketika mata menutup menjelang terlena, pagi yang mengiming agar segera terlelap.
Segeralah tidur, karena sekejap menutup mata, esok terbuka dengan almanak yang telah bertambah angkanya.

Mengejar pagi yang memberi harapan.
Merajut benang benang yang terbentang, memberi semangat melalui pagi menjelang hari.
Begitu terus beredar, terasa begitu cepatnya. . . .

Kepingan Motivasi

Disuatu tempat...
Pada sebatang pohon jati yang diujungnya terpasang kayu kalimantan.
Para rayap mencium kelezatan kayu yang berjarak puluhan meter diatas permukaan tanah,
Yang tingginya bagai langit tak tersentuh bagi para rayap.
Tapi mereka tak putus asa...
Bukan terlalu mudah untuk mencapainya,
karena tidak sekedar merayap pada batang pohon itu.
Bersama teman-teman, membuat terowongan bak mujahid menembus jalur Gaza
Mereka punya cita-cita, harapan dan usaha tak kunjung patah
Merayap.. mengendap... menuju harapan
Jarak yang ditempuh ribuan mil dibanding ukuran tubuhnya
Pantang menyerah.., gagal dan jatuh
Tetap merayap menuju harapan

Harapan...
Kadang jauhnya bagai seekor rayap berharap
Mereka tak pernah menunggu dibawah mengharap kayu jatuh menghampirinya
Sang rayap mengejarnya..
Berjuang meraihnya.
Tanpa putus asa